Bencana alam (gunung merapi meletus)
YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Petani salak, Mardi Susanto (50), mengatakan, banyak warga sekitar Merapi tidak mengungsi ketika wilayahnya dinyatakan berstatus "Awas". Menurutnya, itulah yang mengakibatkan banyaknya korban tewas berjatuhan akibat Merapi meletus beberapa kali, setidaknya pada periode 26 Oktober sampai 5 November lalu.
Mardi adalah warga Demen, Pakembinangun, Pakem, sekitar 18 kilometer dari puncak Merapi, yang berstatus awas. Ia mengungsi sejak 5 November lalu. Namun, ia setiap hari pulang untuk sekadar menengok dan membersihkan rumah dan kebun salaknya.
"Kalau Anda mengendarai mobil dan melihat orang mau menyeberang, Anda akan membunyikan klakson. Kalau orangnya menyingkir, tidak terjadi apa-apa. Tapi, kalau orangnya jalan terus, terjadi tabrakan," ujar Mardi.
"Warga sekitar Merapi sudah diingatkan, tetapi tidak menurut. Saya sendiri termasuk warga yang nakal, soalnya, insting saya mengatakan bahaya Merapi tidak sampai ke sini. Bahwa saya mengungsi, itu karena anak-anak mendesak. Saya menurut biar mereka tenang," terang ayah dari dua putra dan satu putri ini.
Dikatakan juga, selama hidupnya, baru sekali ini ia mengungsi karena Merapi. Menurutnya, sebelum ini daerahnya merupakan daerah pengungsian."Dulu ya pernah mengungsi, tapi karena Belanda, bukan Merapi. Kalau gara-gara Merapi, ya baru sekali ini. Biasanya tempat sini yang jadi lokasi pengungsian," tutupnya.
*pendapat : tolonglah ikuti saja kata pemerintah agar tidak banyak memakan korban jiwa.
*solusi : pemerintah harus bertindak tegas, dan cepat.
FROM: http://regional.kompas.com/read/2010/11/14/13551/Warga.Sudah.Diingatkan..tapi.Tak.Nurut
0 Response to "Bencana alam (gunung merapi meletus)"
Posting Komentar